Learn firsthand more meaningful advice from a thousand

SESUATU YANG MELENAKAN JANGAN MELALAIKAN KEWAJIBAN SHOLAT KITA

Rabu, 17 Oktober 2012

Oleh oleh dari Jakarta


Learn firsthand more meaningful 
ADVICE FROM A THOUSAND
Perjalanan surabaya-jakarta dalam semalam tidak terasa penat kendati naik kereta Gumarang kelas Bisnis kendati harus tidur di sela sela kursi penumpangagar tulang belakang ini tetap lurus makanya tidur di lantai kereta, terbayar impas dengan sebuah pelesir pendidikan revolusioner judulnya. 

 Betapa tidak takjub  maksud pertama ke Jakarta adalah silahturahim ke Donatur utama masjid kampung kami, mampir kerumah dinas  orang pertama di jajaran Angkatan Laut Indonesia, disambut bak “tamu raja”, dengan suguhan santapan pagi diluar perkiraan kami (yang turun dari Gumarang dengan sarung dan baju koko beserta kopyah), Tiba di Stasiun Senen tiga sopir berbadan tegap berambut cepak mengulum senyum mempersilahkan kami  naik bus eksekutif  dari satuan angkatan laut di dalam sudah tersaji hidfangan buah buahan dan air mineral dalam botol 500 ml, yang awalnya ragu ragu apa benar , apa boleh di santap atau hanya sekedar penghias bus.
Tak lama berselang  sambutan hangat di rumah dinas dari istri seorang Laksamana menyambut hangat pimpinan rombongan kami, di serambi belakang dekat taman tertata rapi kursi empuk dan sajian sarapan pagi yang membuat liur dan perut kami berteriak ingin menghabiskannya, nasi pecel lengkap dengan lauknya dan di samping tersedia kikil dengan lontongnya , buah buahan yang tak asing lagi tertata rapi Jeruk dan kelengkeng, namun satu buah asing menurut kami  Matoa ASING BUAT LIDAH KAMI DAN TERNYATA HABIS LUDES DI PAGI HARI ITU.
Menhilangkan penat dengan lesehan di ruang tamu di iringi lengkap dengan electone ( cuman tidak ada yg berani tampil) berfoto di rumah sang jendral dengan berharap siapa trahu anak anak kami bisa mencontoh pasangan yang  foto keluarga serba  militer namun familiar.
Tepat jam 9.00 kita silaturahim ke donatur utama masjid kampung kami untuk mendoakan kesembuhan beliau dengan istighosah, dan bacaan ayat suci Ar rohman, Al Mulk dan Waqiah ditutup dengan doa yang  full dengan tangisan iba para jamaah , doa doa kami tersendat pilu tak selantang doa para pengkhutbah, haru deru semua jiwa yang bersilahturahim ke Rievera garden  wilayah kelapa Gading .  Ya Allah berilah kesembuhan kepada beliau.
Menjelang dhuhur kami pamitan bertolak ke istiqlal melaksanakan sholat dhuhur di masjid terbesar se Asia tersebut, yang lagi di cleaning service  dengan menghabiskan dana 50 m untuk bersih bersih tok, karena hampir semua  pemanis acesoris gedung terbuat dari stenles steel mulai dari tiang ruang utama , ventilasi, bahkan sampai tempat  BAK terbuat dari bahan yang sama.
Yang terbiasa weekend dan menghabiskan  uang kecil untuk shopping di kaki lima untuk oleh oleh  keluarga di surabya ramai menawar  souvenir Jakarta yang di kuasai tshirt dan sejenisnya. Aku hanya berdialog dengan sopir bus yang tegap itu. Dan terdengar rencana ke Monas sekalian mampir lewat Cendana (rumah keluarga almarhum Suharto).
Tak di nyana ada pemandangan aneh menurut kami tujuannya ternyata bukan monas yang tadi di lewati begitu saja ternyata menuju lokasi museum keluarga penculikan  G 30 S/PKI Jendral Ahmad Yani, cerita dengan narasi demi narasi begitu menggugah hati dan perasaan kami, pengetahuan yang ku dapat dari buku sejak sd di tambah nonton film  penculikan yang saat smp di wajibkan oleh menteri Penerangan saat itu Harmoko,seakan hanya pemanis  mind, beda dengan pembuktian secara langsung menginjakkan kaki di  saksi bisu  RUMAH  TINGGAL KEL. A YANI yang sekarang telah menjadi museum.
Kesederhanaan rumah yang bersahaja di era zamannya tentu bukan rumah yang terlalu mewah SEBAGAI SEORANG KEPALA Angkatan darat saat itu, Ruang tamu tak begitu besar terlihat dari sempitnya kami mendengarkan narasi dari seorang penjaga museum melayani pertanyaan pertanyaan kami, ruang  tidur yang tidak tergolong wah pun terlihat, sangat sederhana namun tertata rapi catatan catatan beliau masih tersimpan rapi, yang menarik di atas pojok kamar ada  garis petir yang di gambar oleh beliau dan di abadikan museum hingga saat ini, sebuah peristiwa di rumah tersebut saat di tinggal sang jenderal di siang bolong ada petir yang menyambar   sebagai pertanda  musibah akan datang. Tatanan ruang tudur seorang jendral amat bersahaja menjadi saksi bisu sebuah senjata laras panjang buatan rusia yang membunuh sang jendral di pajang dalam etalase kamar berserta baju yang masih terlihat lubang pelurunya.
Upaya perlawanan sang jendral ( berpiyama) saat di paksa  cakra birawa tergambar dalam lukisan di ruang penyambutan
suasana haru dari besuk sekarang bertambah mengharu biru alam nostalgia peristiwa kekejaman G 30 S/PKI  mencuat. 
Bertolak dari Rumah sang Jendral Ahmad Yani menuju Museum Nasution di bilangan Jalan Teuku Umar bersebelahan dengan rumah Keluarga Cendana (yang saat ini tidak begitu garang  bagi media massa ataupun mahasiswa).

Kontras dengan rumah Ahmad Yani, simpanan buku buku karya mendiang yang selamat dari penculikan cakra birawa hingga sang Adek menjadi korban berserta ajudan  penjaga itu lebih nampak luas, lantai marmer dengan asesories gading dari Gajah Kongo menyambut para tamu sembari di perkenalkan kursi santai  perjaka Pak Nas, tak jauh terlihat Guci dari Cina yang tentunya tidak mudah memboyongnya ke Indonesia.
Kesan seorang jendral pemikir  terlihat dari perkakas etalase  yang lebih mendominasi seluruh ruang dengan karya karya beliau.
Sontak saja ketertegunan kita melihat patung patung lilin yang mewakili cerita memilukan penembakan Ade Irma Suryani Nasution yang menjadi korban kebiadaban tentara cakra birawa, di anatar kamar tidur anak anak nampak lukisan pencil ade dengan guratan teks  salah apa adek!!.  Masih dalam dekapan BU Nasution rentetan tembakan menghujami bocah tanpa dosa di tenga malam buta, kala menghardik para tentara yang membuka dengan luluasa pintu depan yang oleh Pak Nas selalu di buka sebagai ventilasi udara saat malam gulita.
Pak Nas yang tertembak di lutut berusaha menyelamatkan diri di balik tembok tetangga hingga  bruakk  salah satu kaki beliau terbentur benda keras namun luput dari kejaran. dan Selamat.
Sementara sang penjaga dengan wajah mirip Pak Nasution menjadi tumbal kebiadaban Cakra Birawa.